![]() |
| Ibnu Bathutah |
Mungkin
nama ini masih asing terdengar oleh sebagian dari kita jika dibandingkan dengan
Cristhoper Colombus / Vasco Da Gama. Ya , dia adalah salah seorang diantara
sekian banyak penjelajah yang mengarungi seluk-beluk dunia , menempuh daerah
utara hingga selatan dan dari barat menuju timur. Bukan itu saja, Ibnu
Bathuthah juga merupakan seorang ahli fiqh dan pelancong yang terpercaya nan
jujur. Dialah orang yang mengelilingi bumi sembari mengambil pelajaran dan
ujian , mempelajari golongan dan bangsa-bangsa , membaca sejarah dari negri
lain.
Ibnu
Bathuthah dilahirkan di kota Thanjah pada hari senin tanggal 11 Rajab
703 H atau 1303 M. Hal ini merupakan riwayat yang dikisahkan Ibnu Juzay.
Ketika umurnya memasuki 22 tahun , pada hari kamis tanggal 2 Rajab tahun 725 H
, Ibnu Bathuthah meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke tanah suci dengan
maksud menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah SAW. Dan yang
lebih mengagumkam , Dia melakukan perjalanan ini seorang diri tanpa teman yang
mengiringi. Dan sejak saat itu tidak henti-hentinya , beliau melanjutkan rihlah-nya
ke berbagai penjuru dunia. Di mulai dari Maroko , Mesir , Syam , Hijaz , Iraq ,
Persia , Yaman , Bahrain , Turkistan , sebagian wilayah Hindia , Cina , Tar Tar
Afrika Tengah , hingga Nusantara pernah beliau singgahi.
Selama Rihlah-nya
ini Ibnu Bathuthah bertemu dengan banyak raja dan amir. Ia memuji
mereka dalam bait-bait sya’ir nya. Bermodal dari bekal yang diberikan para raja
dan amir serta tekad yang sangat kuat dalam dirinya , sehingga ia dapat
melakukan semua panjelajahannya. Dan tidak lupa dengan izin Allah SWT.
Dalam
setiap perjalanannya , dia tidak pernah “asal” dalam memilih negri yang akan
ditujunya. Dengan membandingkan kondisi
berbagai negri dan penduduknya , ia memutuskan pilihannya. Keputusannya ini
juga dikarenakan ingin bertemu dengan kelompok manusia utama yang memberinya
banyak kebaikan.
Sebagai
salah satu contohnya yang dikisahkan olehnya ketika “mendarat” di Nusantara.
Ibnu Bathuthah menceritakan pertemuannya dengan Sultan Jawa yang bernama Sultan
Malik Azh-Zhahir. Dalam ceritanya , dia menyebut Sultan Malik Azh-Zhahir
sebagai sosok yang disegani dan dihormati. Lebih dari sekedar itu , dia juga
sangat mencintai para fuqaaha’ yang dating ke majelisnya untuk bertukar
pendapat. Masyarakat juga mengenalnya sebagai sosok yang senang berjihad dan
berperang.Sultan ini juga terkenal dengan kerendahan hatinya , ia datang ke
masjid untuk menunaikan shalat jum’at dengan jalan kaki. Oleh karena semua
alasan ini , sebagian besar masyarakat pengikutnya dengan kerelaan hati
melaksanakan jihad bersama Sultan , hingga mereka memenangkan peperangan
melawan orang-orang kafir. Bahkan , orang-orang kafir dengan berat hati
membayar jizyah kepada Sultan sebagai bentuk perdamaian. Inilah salah
satu pengalaman yang dicerikan Ibnu Bathuthah kepada Ibnu Juzay.
Setelah
selesai dari semua perjalanannya tersebut , ia kembali ke maroko dan menjadi
orang kepercayaan Sultan Abu Inan , yang merupakan salah seorang
raja dari Bani Marin. Ibnu Bathuthah menetap di negri tersebut
dan mendiktekan catatan serta kisah-kisah perjalannanya untuk ditulis ulang
oleh Muhammad ibnu Juzay al-Kalbi di kota Fez pada tahun 756 H.
Lembaran-lembaran tulisannya tersusun menjadi sebuah kitab yang diberinya judul
“Tuhfah An-Nuzhzhar fii Garaa’ib Al-Anshaar wa ‘Ajaa’ib Al-Azfaar” yang
telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing , seperti Inggris , Perancis ,
Portugis , Jerman tidak ketinggalan pula dalam bahasa Indonesia dan karyanya
ini telah tersebar lusa diberbagai negri.
Ibnu
Bathuthah menguasai Bahasa Turki dan Persia. Rihlah-nya menghabiskan waktu
selama 27 tahun, mulai tahun 1325 hingga 1352. Pada tahun 779 H , atau tepatnya
tahun 1377 M , beliau ( Ibnu Bathuthah ) meninggal dunia di Markesh. Perlu diketahui , bahwa dalam buku dan
atlas terbitannya , Universitas Cambridge menyematkan kepada Ibnu Bathuthah
sebuah gelar “Pemimpin Pelancong Muslim”. Sebuah hal yang luar biasa bukan ??
Nah , kita bias mengambil
beberapa pelajaran bahwa yang menjadi alasan beliau melakukan rihlah-nya
mengelilingi Dunia adalah keinginan beliau ( Ibnu Bathuthah ) bertemu
banyak imam , ulama , raja , penyair , dan amir
untuk “menggali” ilmu dari pakarnya. Ibnu Bathuthah telah
melaksanakan bisikan yang mulia untuk mengisahkan apa yang dilihatnya sepanjang
perjalanan diseluruh belahan bumi dan
tentang akhbar ajaib. Keadaan yang dialaminya serta panjangnya
perjalanan tidak membuatnya menyerah untuk mendapatkan apa yang oleh kebanyakan
orang hanya dimimpikan.
Menjadi
biasa-lah segala apa yang dianggap orang lain sebagai hal yang luar biasa.
Seperti mencari ilmu di negri orang , mendapatkan lahan yang subur , serta
bertemu para raja , wali , maupun ulama’ yang ditemuinya.
Dalam banyak hadits Rasulullah SAW ,
Beliau SAW telah menganjurkan kita untuk melakukan rihlah , atau safar.
Misal , dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Abbas berkata : “Telah bersabda
Rasulullah SAW , “Bersafar-lah , maka kalian akan sehat!” H.R. Ahmad ,
Al-Baihaqi , dan Al-Hindi.
Masih ada lagi , dari Abu
Hurairah RA , ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda , “Berperanglah maka
kalian akan mendapatka ghanimah! Berpuasalah maka kalian akan menjadi sehat!
Bersafar-lah maka kalian akan merasa kaya!” H.R. Al-Baihaqi dan
As-Suyuthi.
Dengan demikian , para salafush
shaleh sangat menyukai safar. Tetapi sebagian dari mereka melakukanyya
sebagai hobi dan kebiasaan, sebagian yang lain dalam rangka berniaga.
Sebenarnya , jika kita menilik sejarah , banyak pelancong-pelancong muslim
selain Ibnu Bathuthah , yang sedang kita bahas . Tinggal giliran kita ,
kapan kita akan menaklukkan dunia untuk kita kuasai agar menjadi satu
ke-khalifahan islamiyyah ?? mengapa kita menunngu orang lain ?? Kita-lah
orangnya.

0 komentar:
Posting Komentar