Jumat, 22 Agustus 2014

Ibnu Bathutah

Leave a Comment
Ibnu Bathutah
   Namanya adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At-Thanji , Abu Abdullah , atau yang lebih sering kita kenal Ibnu Bathuthah.
       Mungkin nama ini masih asing terdengar oleh sebagian dari kita jika dibandingkan dengan Cristhoper Colombus / Vasco Da Gama. Ya , dia adalah salah seorang diantara sekian banyak penjelajah yang mengarungi seluk-beluk dunia , menempuh daerah utara hingga selatan dan dari barat menuju timur. Bukan itu saja, Ibnu Bathuthah juga merupakan seorang ahli fiqh dan pelancong yang terpercaya nan jujur. Dialah orang yang mengelilingi bumi sembari mengambil pelajaran dan ujian , mempelajari golongan dan bangsa-bangsa , membaca sejarah dari negri lain.
                Ibnu Bathuthah dilahirkan di kota Thanjah pada hari senin tanggal 11 Rajab 703 H atau 1303 M. Hal ini merupakan riwayat yang dikisahkan Ibnu Juzay. Ketika umurnya memasuki 22 tahun , pada hari kamis tanggal 2 Rajab tahun 725 H , Ibnu Bathuthah meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke tanah suci dengan maksud menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah SAW. Dan yang lebih mengagumkam , Dia melakukan perjalanan ini seorang diri tanpa teman yang mengiringi. Dan sejak saat itu tidak henti-hentinya , beliau melanjutkan rihlah-nya ke berbagai penjuru dunia. Di mulai dari Maroko , Mesir , Syam , Hijaz , Iraq , Persia , Yaman , Bahrain , Turkistan , sebagian wilayah Hindia , Cina  , Tar Tar  Afrika Tengah , hingga Nusantara pernah beliau singgahi.
                Selama Rihlah-nya ini Ibnu Bathuthah bertemu dengan banyak raja dan amir. Ia memuji mereka dalam bait-bait sya’ir nya. Bermodal dari bekal yang diberikan para raja dan amir serta tekad yang sangat kuat dalam dirinya , sehingga ia dapat melakukan semua panjelajahannya. Dan tidak lupa dengan izin Allah SWT.
                Dalam setiap perjalanannya , dia tidak pernah “asal” dalam memilih negri yang akan ditujunya.  Dengan membandingkan kondisi berbagai negri dan penduduknya , ia memutuskan pilihannya. Keputusannya ini juga dikarenakan ingin bertemu dengan kelompok manusia utama yang memberinya banyak kebaikan.
                Sebagai salah satu contohnya yang dikisahkan olehnya ketika “mendarat” di Nusantara. Ibnu Bathuthah menceritakan pertemuannya dengan Sultan Jawa yang bernama Sultan Malik Azh-Zhahir. Dalam ceritanya , dia menyebut Sultan Malik Azh-Zhahir sebagai sosok yang disegani dan dihormati. Lebih dari sekedar itu , dia juga sangat mencintai para fuqaaha’ yang dating ke majelisnya untuk bertukar pendapat. Masyarakat juga mengenalnya sebagai sosok yang senang berjihad dan berperang.Sultan ini juga terkenal dengan kerendahan hatinya , ia datang ke masjid untuk menunaikan shalat jum’at dengan jalan kaki. Oleh karena semua alasan ini , sebagian besar masyarakat pengikutnya dengan kerelaan hati melaksanakan jihad bersama Sultan , hingga mereka memenangkan peperangan melawan orang-orang kafir. Bahkan , orang-orang kafir dengan berat hati membayar jizyah kepada Sultan sebagai bentuk perdamaian. Inilah salah satu pengalaman yang dicerikan Ibnu Bathuthah kepada Ibnu Juzay.
               
                Setelah selesai dari semua perjalanannya tersebut , ia kembali ke maroko dan menjadi orang kepercayaan Sultan Abu Inan , yang merupakan salah seorang raja dari Bani Marin. Ibnu Bathuthah menetap di negri tersebut dan mendiktekan catatan serta kisah-kisah perjalannanya untuk ditulis ulang oleh Muhammad ibnu Juzay al-Kalbi di kota Fez pada tahun 756 H. Lembaran-lembaran tulisannya tersusun menjadi sebuah kitab yang diberinya judul “Tuhfah An-Nuzhzhar fii Garaa’ib Al-Anshaar wa ‘Ajaa’ib Al-Azfaar” yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing , seperti Inggris , Perancis , Portugis , Jerman tidak ketinggalan pula dalam bahasa Indonesia dan karyanya ini telah tersebar lusa diberbagai negri.
                Ibnu Bathuthah menguasai Bahasa Turki dan Persia. Rihlah-nya menghabiskan waktu selama 27 tahun, mulai tahun 1325 hingga 1352. Pada tahun 779 H , atau tepatnya tahun 1377 M , beliau ( Ibnu Bathuthah ) meninggal dunia di Markesh. Perlu diketahui , bahwa dalam buku dan atlas terbitannya , Universitas Cambridge menyematkan kepada Ibnu Bathuthah sebuah gelar “Pemimpin Pelancong Muslim”. Sebuah hal yang luar biasa bukan ??
                Nah , kita bias mengambil beberapa pelajaran bahwa yang menjadi alasan beliau melakukan rihlah-nya mengelilingi Dunia adalah keinginan beliau ( Ibnu Bathuthah ) bertemu banyak imam , ulama , raja , penyair , dan amir  untuk “menggali” ilmu dari pakarnya. Ibnu Bathuthah telah melaksanakan bisikan yang mulia untuk mengisahkan apa yang dilihatnya sepanjang perjalanan diseluruh belahan bumi  dan tentang akhbar ajaib. Keadaan yang dialaminya serta panjangnya perjalanan tidak membuatnya menyerah untuk mendapatkan apa yang oleh kebanyakan orang hanya dimimpikan.
                Menjadi biasa-lah segala apa yang dianggap orang lain sebagai hal yang luar biasa. Seperti mencari ilmu di negri orang , mendapatkan lahan yang subur , serta bertemu para raja , wali , maupun ulama’ yang ditemuinya.

                Dalam banyak hadits Rasulullah SAW , Beliau SAW telah menganjurkan kita untuk melakukan rihlah , atau safar. Misal , dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Abbas berkata : “Telah bersabda Rasulullah SAW , “Bersafar-lah , maka kalian akan sehat!” H.R. Ahmad , Al-Baihaqi , dan Al-Hindi.
                Masih ada lagi , dari Abu Hurairah RA , ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda , “Berperanglah maka kalian akan mendapatka ghanimah! Berpuasalah maka kalian akan menjadi sehat! Bersafar-lah maka kalian akan merasa kaya!” H.R. Al-Baihaqi dan As-Suyuthi.
                Dengan demikian , para salafush shaleh sangat menyukai safar. Tetapi sebagian dari mereka melakukanyya sebagai hobi dan kebiasaan, sebagian yang lain dalam rangka berniaga. Sebenarnya , jika kita menilik sejarah , banyak pelancong-pelancong muslim selain Ibnu Bathuthah , yang sedang kita bahas . Tinggal giliran kita , kapan kita akan menaklukkan dunia untuk kita kuasai agar menjadi satu ke-khalifahan islamiyyah ?? mengapa kita menunngu orang lain ?? Kita-lah orangnya.

0 komentar:

Posting Komentar