Sabtu, 22 November 2014

Diary Seorang Mujahid

Leave a Comment

                Bukan karena amalan jihadnya yang luar biasa. Memimpin operasi mujahidin, membunuh banyak musuh atau yang lain. Meraih kemenangan di berbagai medan perang. Bukan lantaran amalan-amalan keseharian di sampin amal jihadnya, seperti tak pernah bolos shalat wajib, begitu pula shalat rawatib.

                Namun Mujahid muda tersebut, mengisi buku diarynya di medan jihad dengan daftar dosa dan kesalahan yang selalu ia kerjakan tiap harinya.

                Suatu hari, terjadi baku tenbak yang sangat sengit antara mujahidin suriah dengan tentara nushairiyyah yang membuat beberapa mujahidin menemui kesyahidannya InsyaAllah.

                Singkat cerita, setelah pertempuran selesai, beberapa mujahidin menyisiri beberapa tempat dimana terjadi baku tembak tersebut, guna mencari jasad-jasad saudara yang gugur sebagai syahada’. Dan ditemukanlah jasad seorang mujahid berumur 16 tahun.

                Dan jasad pria tersebut, ditemukan tanda-tanda kesyahidan pria tersebut, dan ditemukan pula sebuah diary milik pria tersebut di sakunya.

                Setelah dibuka, sontak para mujahidin kaget, ternyat isi diary tersebut adalah daftar kesalahan dan dosa seorang pria tadi selama satu pekan terakhir.

Senin    : Aku tertidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu

Selasa   : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras

Rabu      : Aku menyelesaikan Qiyamullail dengan tergesa-gesa
 
Kamis    : Aku bermain bola dengan saudara-saudaraku, dan aku mencetak gol. Dan disitulah, terbesit rasa ujub dalam dadaku.

Jum’at  : Aku hanya shalawat 700x, seharusnya 1000x

Sabtu    : Salah komandan mujahidin mendahuluiku memberi salam

Minggu  : Aku lupa dzikir pagi

                Ada yang aneh ?? Ya, pasti anda juga berfikir sama seperti saya. Hal yang aneh adalah ia melakukan sesuatu yang dianggapnya sebuah dosa dan kesalahan tatkala ia sedang berjihad di jalan Allah SWT, beramal ribath.

                Lalu bagaimana dengan kita ?
                Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari seorang mujahid belia ini. Diantara adalah meskipun ia telah memiliki gelar seorang mujahid dan bahkan syahada’ InsyaAllah, dirinya tetap memiliki rasa rendah hati, merasa kurang puas dengan amal jihadnya. Ia tetap merasa tak pongah dan ogah untuk bermuhasabah diri.Mengingat-ingat kesalahn-kesalahan dan menangisinya yang sebetulnya tidak layak dikategorikan sebagai kesalahan ataupun sebuah dosa.

                Akhi fillah, kita harus menyadari bahwa diri kita telah bergelimang dosa, yang mungkin baru menuntut ilmu sampai S1, sudah menerka-nerka kesalahan orang lain, sibuk menilai kesalahan orang lain. Apakah dengan ini kita bisa berangkat jihad ? meraih kesyahidan ? Allahummaghfirlanaa.

0 komentar:

Posting Komentar