Rabu, 22 Oktober 2014

Untuk Mereka yang Beralasan

Leave a Comment

                Belum bekerja, belum mapan, belum bisa membiayai anak istri adalah alas an-alasan klasik ketika ada orang yang bertanya, “kok belum nikah?” atau pertanyaan sejenisnya.
                Ah, itu adalah salah satu alasan dari sekian banyak alasan yang kita “cari-cari”. Hal yang dikemukakan / paling sering dikemukakan orang tua / wali ketika menerima pinangan seorang laki-laki terhadap putriya hal kemapanan calon suami putrinya. Mereka seakan-akan berargumen materilah yang menjadi kunci utama kebahagian.
                Para salaf kita yang shalih tidak pernah memperumit masalah pernikahan. Mereka lebih memilih sisi agama dan kemuliaan akhlaq. Bahkan , bila laki-laki tak kunjung dating, mereka tak segan untuk menawarkan putrinya kepada orang shalih.
                Oke , memang kita butuh uang untung melangsungkan pernikahan. Mulai dari walimahnya, maharanya (yang merupakan rukun dari pernikahan) , sampai perencanaan hidup berumah tangga kita butuh uang. Tapi , kesalahan yang selalu tersetting dalam otak kita adalah definisi dari kemapanan itu seperti apa ? rumah mewah ? uang belanja di mall-mall ternama ? mobil mewah ?
                Islam tidak pernah mengenalkan yang seperti itu . Yang dimaksudkan berkecukupan itu adanya penghasilan untuk kehidupan sehari-hari.
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ  
                “Dan nikahlah orang-orang yang masih membujang diantara kalian, demikian pula orang-orang yang shalih dari kalangan budak laki-laki dan perempuan. Bila mereka dalam keadaan fakir, maka Allah akan mencukupkan mereka dengan segala keutamaan dariNya”
                Keberanian mengambil sikap dalam suatu masalah adalah yang diajarkan islam. Jika kita orang beriman, pasti pasti kita percaya dengan firmanNya , bukan ? Barakah tidak pernah menuntut jumlah materi yang kita hasilkan, tetapi barakah akan didapatkan dengan menghias hati bersama pasangan hidup kita , di bawah syari’atNya.
Inilah pernikahan islami. Sangat indah bagi yang menjalaninya di bawah syari’atNya. Masihkah kita menjadikan “kecukupan materi” itu beban ? kalo tak pernah mengerti sampai kapan usia kita, masihkah berkata Ntar…Ntar… ketika ditanya “kapan nikah?” hhehe :D

0 komentar:

Posting Komentar