Bukan
karena amalan jihadnya yang luar biasa. Memimpin operasi mujahidin, membunuh
banyak musuh atau yang lain. Meraih kemenangan di berbagai medan perang. Bukan
lantaran amalan-amalan keseharian di sampin amal jihadnya, seperti tak pernah
bolos shalat wajib, begitu pula shalat rawatib.
Namun
Mujahid muda tersebut, mengisi buku diarynya di medan jihad dengan daftar dosa
dan kesalahan yang selalu ia kerjakan tiap harinya.
Suatu
hari, terjadi baku tenbak yang sangat sengit antara mujahidin suriah dengan
tentara nushairiyyah yang membuat beberapa mujahidin menemui kesyahidannya
InsyaAllah.
Singkat
cerita, setelah pertempuran selesai, beberapa mujahidin menyisiri beberapa
tempat dimana terjadi baku tembak tersebut, guna mencari jasad-jasad saudara
yang gugur sebagai syahada’. Dan ditemukanlah jasad seorang mujahid berumur 16
tahun.
Dan
jasad pria tersebut, ditemukan tanda-tanda kesyahidan pria tersebut, dan
ditemukan pula sebuah diary milik pria tersebut di sakunya.
Setelah
dibuka, sontak para mujahidin kaget, ternyat isi diary tersebut adalah daftar
kesalahan dan dosa seorang pria tadi selama satu pekan terakhir.
Senin : Aku tertidur tanpa mengambil air wudhu
terlebih dahulu
Selasa : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara
yang sangat keras
Rabu : Aku menyelesaikan Qiyamullail dengan
tergesa-gesa
Kamis : Aku bermain bola dengan saudara-saudaraku,
dan aku mencetak gol. Dan disitulah, terbesit rasa ujub dalam dadaku.
Jum’at : Aku hanya shalawat 700x, seharusnya 1000x
Sabtu : Salah komandan mujahidin mendahuluiku
memberi salam
Minggu : Aku lupa dzikir pagi
Ada yang aneh ?? Ya, pasti
anda juga berfikir sama seperti saya. Hal yang aneh adalah ia melakukan sesuatu
yang dianggapnya sebuah dosa dan kesalahan tatkala ia sedang berjihad di jalan
Allah SWT, beramal ribath.
Lalu
bagaimana dengan kita ?
Banyak pelajaran
yang bisa kita ambil dari seorang mujahid belia ini. Diantara adalah meskipun
ia telah memiliki gelar seorang mujahid dan bahkan syahada’ InsyaAllah, dirinya
tetap memiliki rasa rendah hati, merasa kurang puas dengan amal jihadnya. Ia
tetap merasa tak pongah dan ogah untuk bermuhasabah diri.Mengingat-ingat
kesalahn-kesalahan dan menangisinya yang sebetulnya tidak layak dikategorikan
sebagai kesalahan ataupun sebuah dosa.
Akhi
fillah, kita harus menyadari bahwa diri kita telah bergelimang dosa, yang
mungkin baru menuntut ilmu sampai S1, sudah menerka-nerka kesalahan orang lain,
sibuk menilai kesalahan orang lain. Apakah dengan ini kita bisa berangkat jihad
? meraih kesyahidan ? Allahummaghfirlanaa.