Senin, 28 Maret 2016

إن كنت أفضل منهم، حسدوا
وإن كنت أقل منهم، تكبروا

sudah menjadi hal yang biasa, jika ada seorang yang lebih mulia dari kita, kita hasad
begitu pula ketika ada orang yadmg lebih rendah dari kita, kita sombong

setiap hati yang sakit akan cenderung melakukan keduanya, karena yang ia fikirkan hanya bagaimana dunia seluruhnya bisa ia raih
sampai terbangun dari ranjangnya pun, dunia yang ia fikir, bukannya bersyukur atas nikmatNya yg telah membangun ia dari kematian

semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang memulai sesuatu dengan mengingatNya. aamiin

Markaz Iqro'
Senin, 18 Januari 2016

( bimaakbar04 )

Hasad = Tabiat ?

Jumat, 25 Maret 2016

لا يزال يستجاب للعبد، مالم يدع بإثم أو قطيعة رحم

apapun keadaan kita skrg, baik keadaan hati, fisik ataupun keadaan lingkungan, berdo'alah kepada Rabb Kita. Ia Maha Luas IlmuNya, tidak memberikan sesuatu kpd hambaNya melainkan sesuatu itulah yang terbaik

berdo'alah apapun itu selama tidak untuk kemaksiatan dan memutus silaturahmi
bahkan untuk terputusnya tali sendal jepit kitapun, berdo'alah

dengan berdo'a kepadaNya lah, kita akan semakin mulia di sisiNya

Fajar Indah
Ahad, 17 Januari 2016

( bimaakbar04 )

Berdo'a lah !! Apapun itu

Rabu, 23 Maret 2016

أكبر علامات حسن الظن بالله إستمرار الدعاء ولو تأخرت الإجابة
"diantara tanda berprasangka baik kepada Allah ialah berkelanjutannya do'a kita meskipun Allah belum mengkabulkan"

ada do'a yg terijabahi, ada do'a yang harus masih menunggu, serta ada do'a ya
ng terijabahi namun lebih baik dari yang kita minta

kita tak perlu terlalu takut jika do'a kita tidak atau belum terijabahi karena apa yang menurut kita baik, belum tentu menurutNya baik

seharusnya kita lebih layak takut jika kita tak lagi diberi hidayah untuk terus berdo'a kepadaNya, Sang Pemilik Segala, Yang mencintai hambaNya tanpa kenal batas

semua hanya soal istiqomah. tak ada alasan untuk berhenti berdo'a, karena setiap do'a pasti terkabulkan dengan jawaban terbaik, diwaktu yang terbaik pula

Markaz Iqro'
Jum'at, 15 Januari 2016
( bimaakbar04 )

Do'a tentang Istiqomah

Senin, 21 Maret 2016

jangan pernah kita berfikiran "nanti nanti" perihal taubat. terutama untuk kita yang masih diberi kenikmatan "masa muda" , masa dimana kita hampir bisa melakukan segala hal yangg mana anak kecil dan orang tua tidak bs melakukannya.

karena setaat apapun kita nanti di masa tua, tetep masa muda kita akan ditanya sebelum kita masuk jannahNya (semoga kita termasuk orang-orang didalamnya) ataupun nerakaNya (waliyadzubillah)

betapa banyak anak muda yang diharapkan masa depannya, namun tubuhnya sudah terbungkus kain kafan sebelum meraih masa depan betapa banyak mempelai wanita disore harinya berhias untuk suaminya, namun Allah merindukannya di malam harinya jadi tak perlu kita menunggu tua, apalagi menunggu sakit utk mendekatkau diri kepada Allah. karena syarat mati bukanlah tua, dan berapa banyak orang sehat meninggal tanpa adanya penyakit

semoga kita termasuk hamba2Nya yang tersadarkan dengan fananya nikmat dunia ini, dan akheratlah tempat tinggal kita selamanya

Markaz Iqro'
Kamis, 14 Januari 2016

 ( bimaakbar04 )

saufa saufa

Sabtu, 22 November 2014


                Bukan karena amalan jihadnya yang luar biasa. Memimpin operasi mujahidin, membunuh banyak musuh atau yang lain. Meraih kemenangan di berbagai medan perang. Bukan lantaran amalan-amalan keseharian di sampin amal jihadnya, seperti tak pernah bolos shalat wajib, begitu pula shalat rawatib.

                Namun Mujahid muda tersebut, mengisi buku diarynya di medan jihad dengan daftar dosa dan kesalahan yang selalu ia kerjakan tiap harinya.

                Suatu hari, terjadi baku tenbak yang sangat sengit antara mujahidin suriah dengan tentara nushairiyyah yang membuat beberapa mujahidin menemui kesyahidannya InsyaAllah.

                Singkat cerita, setelah pertempuran selesai, beberapa mujahidin menyisiri beberapa tempat dimana terjadi baku tembak tersebut, guna mencari jasad-jasad saudara yang gugur sebagai syahada’. Dan ditemukanlah jasad seorang mujahid berumur 16 tahun.

                Dan jasad pria tersebut, ditemukan tanda-tanda kesyahidan pria tersebut, dan ditemukan pula sebuah diary milik pria tersebut di sakunya.

                Setelah dibuka, sontak para mujahidin kaget, ternyat isi diary tersebut adalah daftar kesalahan dan dosa seorang pria tadi selama satu pekan terakhir.

Senin    : Aku tertidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu

Selasa   : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras

Rabu      : Aku menyelesaikan Qiyamullail dengan tergesa-gesa
 
Kamis    : Aku bermain bola dengan saudara-saudaraku, dan aku mencetak gol. Dan disitulah, terbesit rasa ujub dalam dadaku.

Jum’at  : Aku hanya shalawat 700x, seharusnya 1000x

Sabtu    : Salah komandan mujahidin mendahuluiku memberi salam

Minggu  : Aku lupa dzikir pagi

                Ada yang aneh ?? Ya, pasti anda juga berfikir sama seperti saya. Hal yang aneh adalah ia melakukan sesuatu yang dianggapnya sebuah dosa dan kesalahan tatkala ia sedang berjihad di jalan Allah SWT, beramal ribath.

                Lalu bagaimana dengan kita ?
                Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari seorang mujahid belia ini. Diantara adalah meskipun ia telah memiliki gelar seorang mujahid dan bahkan syahada’ InsyaAllah, dirinya tetap memiliki rasa rendah hati, merasa kurang puas dengan amal jihadnya. Ia tetap merasa tak pongah dan ogah untuk bermuhasabah diri.Mengingat-ingat kesalahn-kesalahan dan menangisinya yang sebetulnya tidak layak dikategorikan sebagai kesalahan ataupun sebuah dosa.

                Akhi fillah, kita harus menyadari bahwa diri kita telah bergelimang dosa, yang mungkin baru menuntut ilmu sampai S1, sudah menerka-nerka kesalahan orang lain, sibuk menilai kesalahan orang lain. Apakah dengan ini kita bisa berangkat jihad ? meraih kesyahidan ? Allahummaghfirlanaa.

Diary Seorang Mujahid

Dengan kemuliaanMu dan kerendahanku, aku hanya memohon rahmatMu kepadaku 

Dengan kekuatanMu dan kelemahanku, dan dengan kekayaanMu dan kebutuhanku kepadaMu, aku memohon kepadaMu 

Inilah keletihanku yang letih dan dusta dihadapanMu 

HambaMu banyak dan tidak ada Rabb bagiku kecuali Engkau Tidak ada tempat berlindung selain kepadaMu 

Aku memohon kepadaMu seperti permohonan orang miskin 

Aku berdo’a kepadaMu seperti halnya do’a orang yang tunduk lagi hina 
Aku berdo’a kepadaMu seperti orang takut lagi buta 

Seperti permohonan orang yang menundukkan kepalanya kepadaMu 

Wajah patuh kepadaMu 

Matanya menangis karenaMu 

Hatinya bersimpuh kepadaMu

Do'a Pembuka ( sebelum kita berdo'a )

Rabu, 22 Oktober 2014


                Belum bekerja, belum mapan, belum bisa membiayai anak istri adalah alas an-alasan klasik ketika ada orang yang bertanya, “kok belum nikah?” atau pertanyaan sejenisnya.
                Ah, itu adalah salah satu alasan dari sekian banyak alasan yang kita “cari-cari”. Hal yang dikemukakan / paling sering dikemukakan orang tua / wali ketika menerima pinangan seorang laki-laki terhadap putriya hal kemapanan calon suami putrinya. Mereka seakan-akan berargumen materilah yang menjadi kunci utama kebahagian.
                Para salaf kita yang shalih tidak pernah memperumit masalah pernikahan. Mereka lebih memilih sisi agama dan kemuliaan akhlaq. Bahkan , bila laki-laki tak kunjung dating, mereka tak segan untuk menawarkan putrinya kepada orang shalih.
                Oke , memang kita butuh uang untung melangsungkan pernikahan. Mulai dari walimahnya, maharanya (yang merupakan rukun dari pernikahan) , sampai perencanaan hidup berumah tangga kita butuh uang. Tapi , kesalahan yang selalu tersetting dalam otak kita adalah definisi dari kemapanan itu seperti apa ? rumah mewah ? uang belanja di mall-mall ternama ? mobil mewah ?
                Islam tidak pernah mengenalkan yang seperti itu . Yang dimaksudkan berkecukupan itu adanya penghasilan untuk kehidupan sehari-hari.
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ  
                “Dan nikahlah orang-orang yang masih membujang diantara kalian, demikian pula orang-orang yang shalih dari kalangan budak laki-laki dan perempuan. Bila mereka dalam keadaan fakir, maka Allah akan mencukupkan mereka dengan segala keutamaan dariNya”
                Keberanian mengambil sikap dalam suatu masalah adalah yang diajarkan islam. Jika kita orang beriman, pasti pasti kita percaya dengan firmanNya , bukan ? Barakah tidak pernah menuntut jumlah materi yang kita hasilkan, tetapi barakah akan didapatkan dengan menghias hati bersama pasangan hidup kita , di bawah syari’atNya.
Inilah pernikahan islami. Sangat indah bagi yang menjalaninya di bawah syari’atNya. Masihkah kita menjadikan “kecukupan materi” itu beban ? kalo tak pernah mengerti sampai kapan usia kita, masihkah berkata Ntar…Ntar… ketika ditanya “kapan nikah?” hhehe :D

Untuk Mereka yang Beralasan